15 Hari Perayaan Imlek di Pontianak: Tradisi Saling Kunjung hingga Berburu Kumis Naga



Sebelum bercerita lebih jauh, perlu diketahui bahwa Pontianak merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat. Di kota ini, perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung sangat meriah. Hal ini tidak mengherankan mengingat satu di antara tiga etnis besar yang mendiami kota ini adalah etnis Tionghoa. Serangkaian acara dan tradisi yang sarat dengan nilai-nilai tradisional diselenggarakan tiap tahunnya. Hal ini pula yang membuat suasana perayaan Imlek di Kota Pontianak berbeda dengan perayaan Imlek di kota lain. Seluruh kota terlihat hidup dan turut larut dalam euforia perayaan Tahun Baru Imlek. Gempita perayaan Imlek biasanya berlangsung hingga 15 hari dan Cap Go Meh adalah hari puncak perayaan.
Hari Imlek Pertama vs Malam Cap Go Meh (Dok. Pribadi)

Pada malam hari menjelang Imlek, suasana akan terasa meriah dengan adanya pertunjukan kembang api serta kemunculan lapak-lapak yang menjajakan panganan maupun hiasan khas Imlek. Keesokan pagi, tepatnya di hari H Imlek, jalanan di Kota Pontianak cenderung lenggang karena banyak komplek pertokoan maupun rumah makan yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa dalam keadaan tutup. Sebelum merayakan Imlek dengan keluarga besar, masyarakat Tionghoa biasanya melaksanakan sembahyang bersama di pagi hari sehingga pusat keramaian berada di kelenteng maupun vihara terdekat. Beberapa vihara yang ada adalah Vihara Vajra Bumi Kertayuga dan Maha Vihara Maitreya yang juga dipakai untuk perayaan Imlek bersama. Sembahyang ini akan dilakukan kembali menjelang Cap Go Meh (Cap: sepuluh, Go: lima, Meh: malam, merupakan malam puncak yang dirayakan pada hari kelima belas Imlek).
Vihara Vajra Bumi Kertayuga (Dok. Pribadi)

Maha Vihara Maitreya (Dok. Pribadi)

Setelah melaksanakan ritual yang kental dengan aroma religius, masyarakat Tionghoa akan berkumpul di rumah anggota keluarga yang paling tua seperti di kediaman kakek nenek atau kedua orang tua. Di sini seluruh anggota keluarga yang datang dari luar kota maupun luar negeri akan berkumpul. Maka tidak mengherankan jika harga tiket pesawat tujuan Pontianak meningkat tajam menjelang hari Imlek. Hari Imlek dirayakan oleh seluruh warga Pontianak karena banyak dari warga Pontianak yang merupakan keturunan Tionghoa atau memiliki ikatan keluarga dengan warga Tionghoa akibat dari asimilasi budaya maupun pernikahan antaretnis.
Mari berdoa... (Dok. Pribadi)

Setelah itu, hingga hari ketujuh perayaan Imlek terdapat tradisi saling mengunjungi layaknya pada hari lebaran. Jika memiliki keluarga atau rekan kerja yang merayakan Imlek maka kita wajib mengunjungi rumahnya. Jika tidak mengunjungi rumah tersebut niscaya pada perayaan hari besar yang kita rayakan si pemilik rumah juga tidak akan mengunjungi rumah kita. Bisa dibilang ini seperti norma sosial yang secara tidak langsung telah menjadi kebiasaan setempat. Lagipula, mengunjungi rumah keluarga atau rekan kerja orang tua di hari Imlek merupakan hal yang dinanti dan hal itu telah saya rasakan sejak 19 tahun yang lalu.

Saat berkunjung, rumah yang merayakan Imlek terasa istimewa. Kita akan mencium aroma hio (semacam dupa) yang dibakar dan melihat altar yang digunakan untuk meletakkan persembahan bagi dewa-dewi. Altar ini biasanya diisi oleh hio, kue keranjang, jeruk bali, dan amplop-amplop merah beserta tulisan-tulisan dalam bahasa mandarin. Tuan rumah yang merayakan Imlek akan menyajikan makanan ringan dalam toples-toples kaca beserta kue lapis serta lempok durian yang merupakan dodol khas Kota Pontianak. Tak ketinggalan pula panganan khas Imlek seperti jeruk Sunkist dan kue keranjang. Saat akan pamit pulang, bagi anak-anak dan orang dewasa yang belum menikah akan mendapatkan si amplop merah, angpao. Asik!!!

Hal unik lainnya, di daerah pemukiman warga Tionghoa yang terkonsentrasi di beberapa titik kota seperti di derah Jalan Gajah Mada, Tanjung Pura, dan Diponegoro akan dengan mudah ditemui arak-arakan barongsai maupun naga dalam rombongan kecil. Umumnya arak-arakan ini dibawakan oleh anak-anak muda diiringi dengan permainan genderang, simbal, dan letupan petasan. Bagi warga Tionghoa, petasan dipercaya dapat menghalau roh jahat sekaligus membawa keberuntungan dan kemakmuran. Sepanjang hari barongsai yang melakukan tarian atraktif mengiringi liuk tubuh naga di barisan depan. Arakan ini masuk ke gang satu dan gang lainnya untuk singgah di rumah-rumah warga demi mendapatkan angpao.

Setelah hari ketujuh, tradisi kunjung mengunjung mulai sepi bersamaan dengan toples-toples makanan yang kosong setelah diserbu tamu. Hari kedelapan dan seterusnya ritme kehidupan masyarakat Kota Pontianak mulai kembali normal. Beberapa pasar Imlek maupun perlombaan busana Imlek diselenggarakan sembari menunggu malam puncak Cap Go Meh tiba. Tahun ini, pasar Imlek di Jalan Diponegoro mulai dibuka pada tanggal 18 hingga 22 Februari 2016. Selain itu, pada tanggal 20 Februari kemarin, ritual ‘buka mata’ dilaksanakan. Ritual ini adalah tanda pemanggilan roh leluhur telah dimulai dan arak-arakan barongsai maupun naga diujicoba disertai pula dengan pawai lampion. Selang beberapa hari, skema jalur arak-arakan barongsai dan naga Cap Go Meh mulai disebar lewat media sosial. Si naga yang ditunggu akan menunjukkan aksi, yuhuuu.
 
Festival dulu (Dok. Pribadi)

Tes dulu sebelum tampil (Dok. Pribadi)

Akhirnya, arak-arakan barongsai dan naga dalam rombongan besar nan sakral ditampilkan dalam perayaan Cap Go Meh pada tanggal 22 Februari 2016. Disebut sakral karena yang memainkannya bukan sembarang orang dan harus melalui ritual khusus. Apalagi jika diiringi dengan pertunjukan tatung, yaitu atraksi seseorang yang telah dirasuki roh leluhur dan melakukan atraksi menggunakan senjata tajam seperti berdiri di atas tandu yang beralaskan senjata tajam, menancapkan kawat-kawat baja runcing di pipi kanan hingga menembus pipi kiri, bahkan memakan hewan seperti ayam hidup-hidup dan meminum darahnya. Seperti yang diceritakan oleh masyarakat sekitar, sebelum melakukan pementasan barongsai, naga, maupun tatung, diperlukan persiapan khusus. Para pemainnya harus berpuasa tidak makan daging, mencuci barongsai untuk kemudian diletakkan di altar kelenteng bersama sesaji, serta melakukan sembahyang sebelum memulai penampilan untuk memanggil roh-roh leluhur serta memohon keselamatan.

Serombongan besar naga, barongsai, dan tatung pada Cap Go Meh tahun ini dimulai dari arah Jalan Pattimura, Pontianak. Kemudian melewati jalan-jalan raya di kawasan pecinan seperti Jalan Tanjung Pura dan Jalan Gajah Mada. Titik akhir rombongan adalah sebuah vihara atau kelenteng untuk menjalankan ritual ‘tutup mata’. Masyarakat Kota Pontianak saling berjejalan di pinggir jalan-jalan utama menantikan arakan ini. Si naga beserta rombongan yang telah dinantikan selama 15 hari akhirnya tiba juga. Tahun ini, ditampilkan naga pink sepanjang 58 meter bahkan naga lain sepanjang 100 meter. Karena antusiasme warga yang tinggi serta demi alasan keamanan, arak-arakan ini juga dikawal oleh anggota kepolisian. Sebab kemeriahan Imlek tidak hanya dinikmati oleh warga keturunan saja namun juga oleh seluruh masyarakat Kota Pontianak. Entah mereka yang berbahasa Melayu, Jawa, maupun berbahasa Khek, semua tumpah ruah di jalan. Dentum alat musik, petasan, serta aroma hio akan menghiasi puncak perayaan Imlek. Suasana mistis, tradisional, dan penuh semangat akan membuat kita merinding karena takjub.
Si naga pink yang ternyata sepanjang 58 meter! (Dok. Pribadi)

Mari beraksi! (Dok. Pribadi)
Di tengah semarak rombongan pertunjukan, diam-diam banyak masyarakat yang berburu kumis sang naga. Hal ini dikarenakan mitos yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa bahwa siapapun yang berhasil mendapatkan kumis sang naga maka akan memperoleh keberuntungan besar. Tapi demi suasana yang kondusif, sepertinya acara berburu kumis naga ini tidak diperbolehkan saat pertunjukan dilaksanakan di tengah jalan raya. Desak-desakan dengan sesama penonton aja udah bikin gerah apalagi mau meraih si naga yang tinggi serta penuh pengawalan polisi?! Jangan ada anarkis di antara kita yah :)

Setelah semua hiruk pikuk perayaan Imlek dan Cap Go Meh terlaksana, tibalah rombongan arak-arakan di vihara atau kelenteng yang telah ditentukan. Replika naga dan barongsai akan melalui ritual pensucian atau ‘tutup mata’ dengan cara dibakar. Hal ini dilakukan agar roh yang dipanggil saat atraksi berlangsung dapat kembali ke langit. Dengan ini, berakhir pulalah perjalanan sang naga. Di luar segala kemeriahan dan kemewahan Imlek, makna perayaan Imlek yang sesungguhnya adalah kebersamaan dengan keluarga sehingga acara berkumpul atau bersembahyang bersama di kelenteng dan vihara pun tak boleh ditinggalkan. Dapat disimpulkan, Imlek di Kota Pontianak tidak hanya berupa euforia semata namun lebih bersifat historis serta kerukunan antaretnis.


Anyway, bagi para pelancong dari luar kota yang ingin menikmati Tahun Baru Imlek di Kota Pontianak tahun depan, jangan lupa untuk berburu tiket pesawat jauh-jauh hari. Cari tahu pula mengenai tanggal-tanggal penting penyelenggaraan acara khusus karena tiap tahunnya acara sejenis diselenggarakan pada tanggal dan tempat yang berbeda-beda. Selain itu, memiliki pemandu lokal akan membuat perjalanan wisata terasa lebih ‘eksotis’ mengingat tempat wisata di kota ini belum banyak diekspos di internet. Apabila memiliki waktu kunjungan yang panjang, sisihkanlah waktu untuk mengunjungi Kota Singkawang yang dikenal sebagai Kota Amoi (sebutan bagi wanita muda Tionghoa). Jadi, kapan kamu main ke Pontianak?

**Tulisan ini diikutsertakan dalam Telisik Imlek Blog Competition JakartaCorners yang disponsori oleh Batiqa Hotels** 

Komentar

  1. Terimakasih sudah berpartisipasi ya, good luck...

    BalasHapus
  2. Pontianak memang sangat keren pas Imlek :D

    BalasHapus
  3. kota kelahiran suamiku nih, pengenbanget kesana bareng my lil fam :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LPDP & Diploma Fresh Graduate [LPDP Part 1]

Light-up aka Luminarie 「神戸ルミナリエ」