LPDP & Diploma Fresh Graduate [LPDP Part 1]
LPDP
& Diploma Fresh Graduate:
Khusus
buat kamu anak FISIOTERAPI (kesehatan) se-Indonesia raya
Hello Scholarship
Hunters!
Alhamdulillah, sekarang bertepatan dengan H+5 pengumuman kelulusan seleksi substansi Beasiswa Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan oleh LPDP. Apa itu LPDP? Please check this official website of LPDP. Serba serbi LPDP sudah tercantum dengan amat jelas di website tersebut sehingga akan mubazir rasanya jika saya harus njelasin lagi :D Secara singkat, seleksi utama beasiswa ini terdiri dari seleksi administrasi dan seleksi substansi. Jika lulus hingga tahap seleksi substansi, para calon awardee (peraih beasiswa LPDP) diwajibkan mengikuti Persiapan Keberangkatan (PK).
Selama berjuang meraih hati LPDP dan rajin banget ngestalking akun awardee-kepo blog awardee-japriin para awardee kece buat nanya, saya menemukan sebuah fenomena yang agak menyedihkan. Ini murni opini saya ya. Entah kepo saya yang kurang dalem atau keyword saya yang kurang tepat, sebagian besar entri blog yang saya baca didominasi oleh tulisan para lulusan universitas mentereng dengan latar belakang jurusan sosial atau teknik. Sedikit sekali saya menemukan tulisan yang ditulis oleh anak kesehatan apalagi yang lulusan diploma (D4), apalagi yang berasal dari kampus belum terkenal seperti saya (belum ya, insha Allah beberapa tahun mendatang bisa terkenal dan setingkat dengan universitas negeri lain. Aamiin :D). Walau demikian, tulisan yang ditulis oleh siapapun dan dengan latar belakang pendidikan apapun tidak akan terlalu berpengaruh pada kebermanfaatan konten tersebut karena alur dan persyaratan pendaftaran beasiswanya ya sama aja.
Akan tetapi, kegalauan muncul ketika beberapa persyaratan beasiswa LPDP menuntut konten yang spesifik seperti esai. Tentu saya sangat terbantu dengan contoh esai maupun panduan esai yang dibuat oleh para awardee dari jurusan sosial/teknik/bahasa (di luar saya nggak ngeh juga beberapa istilahnya) namun rasanya lebih afdol kalau kita ngeliat contoh esai atau bisa konsultasi dengan awardee yang satu jurusan atau paling gak sama-sama anak kesehatan. Apalagi kalau jurusannya agak langka macam saya waduh… Terdapat beberapa pertanyaan umum yang hingga ke seleksi wawancara kemarin pun selalu muncul,
Alhamdulillah, sekarang bertepatan dengan H+5 pengumuman kelulusan seleksi substansi Beasiswa Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan oleh LPDP. Apa itu LPDP? Please check this official website of LPDP. Serba serbi LPDP sudah tercantum dengan amat jelas di website tersebut sehingga akan mubazir rasanya jika saya harus njelasin lagi :D Secara singkat, seleksi utama beasiswa ini terdiri dari seleksi administrasi dan seleksi substansi. Jika lulus hingga tahap seleksi substansi, para calon awardee (peraih beasiswa LPDP) diwajibkan mengikuti Persiapan Keberangkatan (PK).
Selama berjuang meraih hati LPDP dan rajin banget ngestalking akun awardee-kepo blog awardee-japriin para awardee kece buat nanya, saya menemukan sebuah fenomena yang agak menyedihkan. Ini murni opini saya ya. Entah kepo saya yang kurang dalem atau keyword saya yang kurang tepat, sebagian besar entri blog yang saya baca didominasi oleh tulisan para lulusan universitas mentereng dengan latar belakang jurusan sosial atau teknik. Sedikit sekali saya menemukan tulisan yang ditulis oleh anak kesehatan apalagi yang lulusan diploma (D4), apalagi yang berasal dari kampus belum terkenal seperti saya (belum ya, insha Allah beberapa tahun mendatang bisa terkenal dan setingkat dengan universitas negeri lain. Aamiin :D). Walau demikian, tulisan yang ditulis oleh siapapun dan dengan latar belakang pendidikan apapun tidak akan terlalu berpengaruh pada kebermanfaatan konten tersebut karena alur dan persyaratan pendaftaran beasiswanya ya sama aja.
Akan tetapi, kegalauan muncul ketika beberapa persyaratan beasiswa LPDP menuntut konten yang spesifik seperti esai. Tentu saya sangat terbantu dengan contoh esai maupun panduan esai yang dibuat oleh para awardee dari jurusan sosial/teknik/bahasa (di luar saya nggak ngeh juga beberapa istilahnya) namun rasanya lebih afdol kalau kita ngeliat contoh esai atau bisa konsultasi dengan awardee yang satu jurusan atau paling gak sama-sama anak kesehatan. Apalagi kalau jurusannya agak langka macam saya waduh… Terdapat beberapa pertanyaan umum yang hingga ke seleksi wawancara kemarin pun selalu muncul,
A:
Fisioterapi? Sama kayak psikologi ya?
Saya:
Bukan. Tentang terapi gitu.
A:
Oh, mirip farmasi ya?
Saya:
*istighfar*
Atau…
A:
Wah, kamu dapat beasiswa ya? Lanjut S1 di mana?
Saya:
Loh kok S1 sih? Saya kan udah wisuda kemaren. Insha Allah lanjut S2.
A:
Loh, emang D4 gak perlu S1?
Saya:
*bacain undang-undang dan peraturan kementrian*
Atau
lagi…
A:
Kamu alumni mana?
Saya:
Poltekkes X
A:
Swasta ya?
Saya: Negeri kok~
Sebagai fresh graduate, ada beberapa hal yang harus dipastikan agar aplikasi beasiswa LPDP-mu gak kalah mentereng, yaitu:
Sebagai fresh graduate, ada beberapa hal yang harus dipastikan agar aplikasi beasiswa LPDP-mu gak kalah mentereng, yaitu:
1. Luruskan niat dan pandangan hidupmu
Hal
ini yang selalu saya pegang selama menjalani serangkaian tes beasiswa LPDP. It may sound old-school and clichΓ© yet
believe me, it’s the point. LPDP mengucurkan dana ratusan juta hingga
milyaran rupiah dengan tujuan apa sih kalau bukan menyekolahkan satu pemuda/i
yang bisa bermanfaat bagi komunitas bahkan kampungnya. Selalu fokuskan segala
tulisan, jawaban dan mindset-mu pada kebermanfaatan untuk banyak orang
2. Cantumin pengalaman magang
Kalau
bisa, hindari mengosongkan kolom pengalaman kerja walaupun kamu memang belum
kerja. Jangan takut buat masukin pengalaman magangmu di kolom pengalaman kerja
dan akan lebih baik jika pengalaman itu linear dengan program studi tujuan
3. Pamer penghargaan dan pengalaman organisasi
Ada
beberapa pendapat sebenarnya tentang ini. Ada teman yang bilang, mending ngisi
kolom di CV dengan secukupnya aja (laman CV sudah disediakan di web LPDP saat
kita akan mengikuti seleksi tahap administrasi). Hal ini diharapkan akan memicu
pertanyaan lebih lanjut oleh sang pewawancara nantinya ketika kita mengikuti
tahap seleksi substansi. Pendapat lain mengatakan sebaiknya kita mengisi penuh
kolom-kolom di CV tersebut secara maksimal. Saya sendiri menggunakan cara
kedua. Saya mengisi kolom-kolom tersebut dengan pencapaian-pencapaian yang saya
pernah dapatkan dari SD hingga sekarang karena saya pikir bagaimanapun juga
tahap administrasi ini adalah gerbang yang akan membawa saya menuju tahap
selanjutnya. Saya ingin memperlihatkan sisi terbaik dari diri saya dan membuat
para reviewer tertarik. Saya ingin mereka
tahu bahwa saya adalah orang yang aktif dan telah melakukan hal-hal yang saya
anggap dapat bermanfaat bagi banyak orang. Akan tetapi, trik ini mempunyai sisi
negatif yaitu…
4. Pahami apa yang kamu tulis
Setelah
menulis CV yang panjang lebar dengan beraneka ragam prestasi dan kegiatan maka
pastikan bahwa paling tidak kamu mengingat poin penting dari tiap hal yang kamu
tulis. Mungkin ini terdengar agak merepotkan tapi sebenarnya cukup sederhana
kok. Misalnya, pernah memenangkan penghargaan melukis tingkat SD se-Kota raya,
apa sih kegiatan itu? Kok kamu bisa menang? Apa value-nya terhadap hidupmu?
Atau ketika gabung di organisasi X, apa sih peran kamu di organisasi tersebut?
Organisasi tersebut ngapain aja? Kontribusi sosial apa yang sudah kamu lakukan
melalui organisasi tersebut? Teman A saya bercerita bahwa ia mencantumkan
organisasi kepramukaan di CV nya dan hal ini sempat diungkit oleh pewawancara
pada seleksi subtansi. Sayangnya, teman A gelagapan karena organisasi tsb sudah
10 tahun yang lalu dan ia tidak ingat persis (karena grogi dan waktu terbatas untuk
mengingat kenangan 10 tahun yang lalu itu) padahal setelah wawancara dan
diingat-ingat dengan tenang, di organisasi tsb dia pernah membantu evakuasi
korban longsor lho! ‘Kan sayang sekali jika kita tidak sempat memperlihatkan the best of me di hadapan pewawancara
padahal kita hanya punya 2 kesempatan seumur hidup untuk meyakinkan pewawancara
LPDP!
5. Fresh graduate yang terampil dan visioner
Pelamar
dengan pengalaman kerja tentu saja terlihat lebih meyakinkan daripada seorang
fresh graduate yang dapat diibaratkan sebagai anak ayam yang baru menetas dari
cangkang telur dan belum paham betapa kejamnya dunia (tsahhh). Akan tetapi,
seperti kata pepatah, usia bukanlah penentu kedewasaan (???). Show them that you know what you’ll face in
this challenging world, the ‘price’ you would pay to win it, and how endlessly
hard work to beat the obstacles. Tunjukkan bahwa kamu adalah fresh graduate
yang punya banyak pengalaman dan mengetahui dunia yang nantinya akan menjadi
lahan kerjamu di masa depan. Tunjukkan bahwa kamu bukanlah fresh graduate yang
pemalas dan mengejar beasiswa hanya karena kamu belum siap menghadapi dunia
kerja atau desperately nggak keterima
kerja di mana-mana. NEVER! Ceritakan dengan rendah hati bahwa kamu memiliki banyak
pilihan namun kamu memilih melanjutkan studi karena kamu membutuhkannya untuk
membangun sesuatu yang bernilai ‘lebih’ dan bermanfaat bagi banyak orang
tentunya.
Galilah
peluang yang realistis, sesuatu yang sederhana tapi bermanfaat untuk minimal
komunitas profesimu. Buatlah rencana pascastudi dengan jelas, spesifik, dan
gunakan istilah yang membumi sehingga dapat dipahami orang umum (apalagi jika
jurusanmu agak langka kayak saya :D)
6. Jual kelebihanmu
Saya
percaya bahwa setiap orang punya kelebihan dan ‘nilai jual’ tersendiri. Nggak
percaya? Saya buktinya karena saya bukan
jenius. Saya juga bukan berasal dari jurusan yang most wanted major in century bahkan saya juga bukan berasal
dari well-known campus. Sadly, I admitted
it. Kadang lucu aja pas perkenalan sesama calon awardee banyak yang gak
paham jurusan dan eksistensi kampus saya *tears*. Lagi-lagi saya percaya, di
mana pun kamu dan siapapun kamu, kamu selalu punya kesempatan untuk jadi yang
terbaik. Jadi, jika kamu datang dengan latar belakang yang kurang populer,
jadilah unik dan bermanfaat. Cari kelebihanmu dan atasi kekuranganmu. Misalnya,
dengan ijazah diploma, saya sadar saya mempunyai keterbatasan untuk lanjut
studi di beberapa universitas Eropa maupun Amerika. Akhirnya, saya menemukan keringanan di negara Asia seperti Jepang
dan Korea. Jika di universitas mentereng, mahasiswa biasanya lebih mudah untuk
menemukan jejaring atau kontak ke universitas luar negeri via rekomendasi dosen atau kerja
sama antaruniversitas. Agaknya ini susah bagi saya maka dari itu saya giat pdkt
dengan mahasiswa serta dosen dari Jepang hingga akhirnya saya bisa menyusun proposal riset di bawah bimbingan
seorang profesor dan mendapatkan LoA conditional
dari seorang profesor lainnya di Kobe University.
Kemudian,
setarakanlah prestasimu dengan mahasiswa dari universitas mentereng via aktif
di organisasi nasional maupun internasional, ikut lomba, atau aktif volunteering.
7. Baca, Pahami, Lakukan
Saya
butuh waktu sekitar 1 tahun untuk menggali segala informasi mengenai beasiswa,
universitas tujuan, dan LPDP. Selama 1 tahun itu pula saya rajin kepoin segala
tulisan dan aktivitas awardee LPDP. Kata sesepuh, Fake it until you become it! Dari membaca banyak tulisan awardee,
saya bisa paham apa sih yang dicari pihak LPDP, bagaimana sih medan perang di
LPDP ini, dan informasi penting lainnya sehingga alam bawah sadar saya ter-setting automatically to become the one whom
LPDP seek for *jodohku~maunya ku dirimu~~~*. Setelah banyak baca, sisakan
waktu untuk memahami hal-hal yang mungkin butuh analisa seperti esai. Terakhir
jangan lupa eksekusi!
Itu
adalah hal-hal dasar yang selalu saya camkan dalam menjalani proses seleksi
beasiswa LPDP. Banyak sekali celah di dunia kesehatan yang belum terjamah dan
terkelola dengan baik sehingga ambil peranmu sebagai calon pencetus solusi dari
problematika kesehatan Indonesia. Ingat, keep
it simple, unique, and high-value.
Akhirnya,
pada tanggal 9 Desember 2016, saya menerima email cinta dari LPDP
Seperti
yang sudah saya sampaikan, saya belum ada apa-apanya dibanding awardee lain. Insha Allah, I’ll prove that it’s the right choice of
LPDP to choose me!
“It’s too early to set the party but it’s
impossible to not get burned by the euphoria”
Referensi penting:
1. Kiky Edward
2. Budi Waluyo
selamat Gea mogo lolos tahap berikutnya
BalasHapusAamiin
HapusMakasih Sandiii π
Sukses terus!!!
Keren, sukses sampai tahap akhir mbak gea !!
BalasHapusgeaaa kereeeen !! jadi pengen cepet lulus juga :)
BalasHapusSukses mba,,, sangat terinspirasi dari ceritamu,,, semoga bisa menyusul langkah 1 tahun lagi ππ
BalasHapusSukses mba,,, sangat terinspirasi dari ceritamu,,, semoga bisa menyusul langkah 1 tahun lagi ππ
BalasHapusthank you gea sharing dan beberapa tipsnya. Semoga sukses, survive, dan balik ke Indonesia dengan hasil yang bisa memajukan fisioterapi di Indonesia dan jadi fisioterapis berpengaruh di AsiaπSee you on top kakak tingkat!
BalasHapusSemoga Sukses Selalu gea, insyaAllah Mmenyusul tahun depan
BalasHapusFighting
Halo Gea,kenalin saya restu, saya boleh minta alamat email gea? sepertinya kita satu alumni tp beda jurusan, kalo boleh saya pengen tanya2, semoga gea berkenan, salam kenal ... π
BalasHapusHalo Restu! Maaf saya baru membaca komentarmu :( tentu saja boleh, di geamelinda@icloud.com. Semoga tidak terlambat untuk berkomunikasi!
HapusHallo ka Gea, kenalin saya Yohanna. Saya seorang fisioterapis juga. Senang rasanya saya menemukan blog ka Gea ini sehingga saya semakin termotivasi untuk dapet beasiswa S2 LPDP. Ada banyak hal yg ingin saya tanyakan ka, dan saya pengen sharing juga. Jika tidak keberatan, apakah boleh saya meminta nomor whatsapp kakak?π
BalasHapusHalo Yohanna! Terima kasih sudah berkunjung. Tentu, bisa hubungi alamat e-mail saya dulu ya di geamelinda@icloud.co*m (hilangkan tanda bintang saat kamu memasukkan alamat emailnya). Semoga tidak terlambat ya!
Hapus